Bersama Segala Ketakmampuan
“Mereka kalah, tapi tetap melawan. Melawan, Minke, dengan segala kemampuan dan ketakmampuan.” (Bumi Manusia, Pramoedya Ananta Toer).
Kalimat itu yang disampaikan Jean Marais saat menceritakan perjuangan rakyat Aceh kepada Minke dalam novel Bumi Manusia.
Selama ini aku kira ‘berjuang’ itu berarti aku harus
memikirkan alat bertempur untuk berjuang. Semacam tiap hal yang aku sudah miliki dan
harus kumiliki agar bisa berjuang. Dalam belajar, misalnya. Pikiranku
berputar pada berbagai hal yang harus aku punya, seperti akses belajar, sumber belajar, hingga tekad. Ketika telah terlalu lama memusatkan pikiran pada berjuang
dengan kemampuan. Aku jadi kecewa kalau ternyata aku nggak punya tekad yang
sama besar sama orang lain atau sumber belajar yang lebih banyak.
Aku lupa bahwa berjuang nggak hanya dengan segala kemampuan,
tapi juga segala ketidakmampuan yang ada pada diriku. Entah itu
ketidakmampuan itu berupa rasa malas, bingung harus lanjutin kuliah dimana,
atau sumber belajar yang terbatas.
Nyatanya, aku juga berjuang bersama itu semua. Aku ingin dapat memeluk segala ketidakmampuan pada diriku.
Sebab, justru mereka lah yang buat perjuangan ini
spesial dan berharga.
Kalau akhirnya pun aku kalah (read: gagal), aku udah
melawan dan aku sudah berjuang.
Komentar
Posting Komentar